Cuci Otak para Teroris

GEMBONG teroris yang paling dicari, Noordin M Top, kembali gagal ditangkap. Teroris yang disergap di Temanggung Sabtu lalu (8/8) ternyata Ibrohim, bukan Noordin.

Sejak terlibat pengeboman beberapa tahun silam, Noordin selalu gagal diburu. Salah satu penyebabnya, dia ternyata telah sukses mengkader sejumlah orang untuk menjadi pengikutnya, termasuk Ibrohim. Sekarang yang perlu diurai, bagaimana mungkin Noordin begitu piawai merekrut orang?

Kenyataan yang terlihat saat ini, orang-orang yang direkrut Noordin rela meregang nyawa untuk bom yang dibawanya. Tentu, itu tidak akan terjadi kalau Noordin tidak memiliki kemampuan yang luar biasa dalam melakukan cuci otak (brainwashing). Lalu, bagaimana kira-kira cuci otak tersebut dilakukan?
Cuci otak, menurut Oxford English Dictionary, adalah usaha menghilangkan pikiran orang lain secara sistematis, persuasif, memaksa (forcible), dan menggantinya dengan suatu set ide baru. Menurut Kathleen Taylor, orang yang dicuci otak memiliki kepribadian baru, jauh berbeda dengan sebelumnya. Ketika diajak bicara, dia tampak bingung dan apa yang diucapkan menakutkan. Ngomongnya seperti rekaman kaset, yang disetel mulai awal hingga akhir, berulang-ulang tanpa modifikasi.

Juga, dia tampak aneh, namun memiliki kekuatan psikologis untuk menjalankan isi pikirannya. Merasa tidak ada sesuatu yang menekannya, namun tak mampu menggunakan nalarnya secara realistis. Loyalitasnya teguh dan tak bisa ditekuk sedikit pun. Yang dilakukannya seolah-olah hanya insting. Keadaan itu disebut trance element.
Walau sulit, pada dasarnya pikiran manusia bisa diubah. Caranya adalah mengubah sinyal yang diterima otak. Itu dilakukan melalui manipulasi lingkungan fisik, psikologis, dan sosial korban (orang yang otaknya dicuci). Lingkungan itu bisa diubah, namun yang terjadi pada cuci otak sangat ekstrem. Si pencuci melakukan pengendalian total (total control) dunia dan pikiran korban.

Menurut Robert Lifton, ada delapan langkah untuk mengendalikan pikiran secara total. Yakni, pertama, pengendalian lingkungan, yaitu mengendalikan komunikasi individu dengan dunia luar. Di sini persepsi diubah jadi realitas. Kedua, manipulasi mistis, yaitu membangkitkan pola tertentu perilaku dan emosi sehingga bereaksi spontan terhadap stimulus.

Ketiga, keperluan akan kebebasan, yaitu membangkitkan kepercayaan bahwa apa yang di luar pilihan kelompoknya harus dimusnahkan. Itu dilakukan agar tidak meracuni kelompok mereka. Keempat, mengecilkan kebebasan diri, yaitu agar kebebasan individu (privacy) jadi kerdil. Kelima, jalan suci, yaitu meningkatkan dogma bahwa ideologi yang mereka anut bersifat suci, pasti, dan tak bisa diubah secara moral. Itu dimaksudkan untuk meningkatkan kepercayaan diri.

Keenam, muatan bahasa, yaitu kompresi kompleks ide jadi kalimat definitif konstan. Ketujuh, doktrin utama, yaitu ide bahwa dogma yang dianutnya adalah lebih benar dan lebih nyata daripada pengalaman manusia umumnya. Kedelapan, menegakkan eksistensi, yaitu hak untuk mengontrol kualitas kehidupan yang akhirnya berimbas pada pengakuan keberadaan mereka.

Pendek kata, cuci otak itu rumit dan kompleks. Hanya orang piawai memengaruhi orang lain yang mampu melakukan. Karena tidak semua orang mau dipengaruhi, mencari calon yang mau otaknya dicuci tidak mudah. Perlu selektif mencarinya. Itu terkait erat dengan usia, kepribadian, jati diri, kepercayaan, harapan, lingkungan keluarga calon.
Orang dengan usia dewasa muda, berkepribadian sugestif, sedang mencari jati diri yang pas, punya kepercayaan/agama seperti si pencuci, harapannya kandas oleh keadaan, dan dari lingkungan keluarga tak terlalu hangat adalah kandidat yang dicari. Pahala (reward) bagi korban cuci otak adalah hal yang sangat mereka dambakan. Ganjaran itu menjadi tujuan akhir membahagiakan bagi apa yang akan mereka lakukan.

Pada Perang Dunia II, tentara Jepang berhasil mencuci otak pilot-pilot muda. Dengan bersemangat dan tak takut mati, para pilot tersebut menerbangkan pesawat kamikaze dan menabrakkan pesawatnya pada kapal-kapal perang Amerika. Karena membela kaisar, mereka yakin bahwa kematiannya tidak percuma.

Bila awalnya hanya untuk keperluan militer, sekarang cuci otak digunakan juga oleh teroris. Kemajuan ilmu penyakit saraf/perilaku (neuroscience) membuat metode cuci otak berkembang pesat, waktunya lebih singkat, dan tingkat keberhasilannya meningkat.
Lalu, bagaimana cuci otak itu bisa disembuhkan? Penyembuhan cuci otak juga rumit dan multi demensional. Itu tanggung jawab semua pihak. Pemerintah, profesi kesehatan, masyarakat, dan terutama lingkungan keluarga terdekat.

Gangguan cuci otak masuk kelompok kelainan mental. Karena itu, manajemen terapinya melibatkan para ahli berbagai disiplin ilmu kesehatan. Tujuan terapi adalah mengembalikan kondisi mental penderita seperti keadaan semula (sebelum cuci otak).
Itu bisa dilakukan dengan: terapi obat (pharmacotherapy), terapi kognitif/perilaku, terapi sosial, dan terapi bedah. Terapi bedah dilakukan bila cara lain mentok. Metode bedah tersebut dikenal dengan sebutan lobectomy. Dokter bedah otak mengambil lobus (bagian luar otak), tempat pikiran-pikiran abnormal itu bersarang.

Meski demikian, tindakan pencegahanlah yang paling ampuh dan harus dilakukan. Itu tugas utama keluarga. Keluarga harus mencermati gejala awal yang terjadi. Yakni, adanya perubahan seperti suka menyendiri, termenung, tampak memikirkan sesuatu, senang membaca buku tertentu, malas diajak ngomong, atensi kepada keluarga turun, kehilangan minat melakukan aktivitas biasanya, tampak menyembunyikan sesuatu, dan kerap keluar rumah tanpa alasan jelas.

Juga, enggan menceritakan apa yang dilakukan di luar rumah. Selain mencermati gejala, keluarga harus mencari tahu apa yang dilakukan orang itu saat bepergian. Kehangatan hubungan emosional juga harus ditingkatkan.***

BUSINESS business information HEALTY Computers Technology NEWS Fresh Outside and Healthy Inside Healhty Tips Healthy Life Sytle Healthy Life Sytle

Comments :

0 komentar to “Cuci Otak para Teroris”

Posting Komentar